Sunan Kalijaga saat berdakwah dengan menggunakan wayang kulit. mengganti cerita wayang tentang Ramayana dan Mahabarata versi Hindu, yang diubah dengan memasukan cerita-cerita Islam. Bentuk wayang Islam, gambaran bentuk manusia (realis) menjadi bentuk kreasi baru.
Dalam pertunjukannya, terdapat banyak lakon digubah Sunan Kalijaga yang diadaptasi dari naskah kuno, salah satu yang paling digemari adalah lakon Dewa Ruci, Layang Kalimasada, Lakon Petruk Jadi Raja, dan lain sebagainya.
Sunan Kalijaga juga menambahkan karakter-karakter baru seperti punakawan yang terdiri atas Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng. Selain menggelar pertunjukan wayang.
Dalam pewayangan adalah satu dari empat elemen semesta,
Blencong = Api
Gunungan = Tanah
Layar putih = udara
Debog = Air
Sunan Kalijaga juga menggubah tembang-tembang yang sarat dengan muatan keislaman.
Sunan Kalijaga juga menciptakan alat musik gamelan berupa gong yang bernama Kyai Sekati yang berasal dari adaptasi kata Syahadatain, bermakna sebagai pengucapan dua kalimat Syahadat. Pada zaman sekarang ini, gong tersebut ditabuh pada perayaan Maulid Nabi di sekitaran halaman Masjid Agung Demak.
Gamelan Sekaten yang dibuat Sunan Kalijaga tersimpan di Kraton Kanoman, Cirebon
Gamelan alat musik Jawa ciptaan Sunan Kalijaga
Sunan kalijaga membuat pakaian buat pria yang diberi nama baju Surjan Takwa. Baju Surjan Sunan Kalijaga dalam kata surjan merupakan gabungan dua kata, suraksa dan janma yang memiliki arti menjadi manusia, dan menurut arti lainnya, surjan berasal dari kata sirojan yang memiliki arti pelita atau penerang. Saat dikenakan, bagi pria pakaian ini dilengkapi dengan tutup kepala yang bernama Blangkon
Baju Surjan memiliki lima kancing baju, tiga terdapat di bagian depan dan tertutup, dua sisanya terdapat di bagian leher. Lima kancing tersebut melambangkan rukun Islam yang berjumlah lima. Tiga kancing di depan dan tertutup melambangkan rukun Islam yang tiga, yaitu Syahadat, Sholat, dan Puasa. Mengapa tertutup? Karena seseorang tidak butuh dilihat orang lain ketika menjalankan tiga hal tersebut.Itulah etika untuk menjalankan ibadah. Tidak harus terlihat dan lebih baik dirahasiakan untuk menjaga keiklasan.
Dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga juga menghasilkan karya berupa seni ukir dengan bentuk dedaunan, ukiran di rumah adat. Sejak para Wali ini datang ke Nusantara dan mengembangkan dakwah Islam, seni ukir yang berbentuk manusia dan hewan sudah tidak dipergunakan lagi.
Seni ukir dedauan ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang hingga saat ini masih dapat ditemui dalam alat musik gamelan (gayor dan rancakan) dan rumah-rumah adat di sekitar Demak dan Kudus.
Sunan Kalijaga juga memberikan torehan motif burung pada batik. Dalam bahasa Kawi, burung disebut "kukila", yang dalam bahasa Arab merupakan rangkaian kata quu dan qiilla yang berarti peliharalah ucapanmu.
Gambar 1. Motif batik peksi kukilo berjudul “Peksi Kirna” (Sumber: De inlandsche kunstnijverheid in Nederlandsch Indië, 1916)
Gambar 2. Motif batik gambar“Kukila” (Sumber: Archiver of the Kon Inst.v/d Tropen Nik Krevitsky, 1964)
Gambar 3. Penggambaran “Sawat” Sayap Garudo, di masa awal periode Demak.. (Sumber: Fabled Batik, Cloth Of Java)
Gambar 4. Perkembangan motif Sawat Garudo era Islam Demak-Pajang. (Sumber: Archiver of the Kon Inst.v/d Tropen Nik Krevitsky, 1964)
Gambar 5. Motif Sawat Gurdo era peralihan Hindu Jawa-Mataram Islam (Sumber: De inlandsche kunstnijverheid in Nederlandsch Indië, 1916)
Gambar 6. Motif Truntum Sawat Gurdo (Sumber: http://jogja.com/batik tjokrosuharto/)
Gambar 7. Motif Kawung Sawat Gurdo (Sumber: https://www.batikkratonyogya/kain-batik-kraton-yogya-motif-picis-/)
Gambar. 8. Motif Garudo Sawat Lar, batik keraton melambangkan kearifan, kebijaksanaan, dan juga kharisma raja-raja Jawa. (Sumber: https://www.google.com/search?q=batik+keraton+yogyakarta/)